Siapa sangka album “Black Metal” milik grup NWOBHM, Venom, bisa memiliki pengaruh yang sangat besar di kancah musik ekstrem Eropa (bahkan seluruh dunia?) Tujuan awal Cronos dan anggota yang lain menyelipkan tema Satanisme tak lain hanya sebagai hiburan. Gimmick. Namun, rock ‘n roll memang memiliki cara kerjanya sendiri.

**Oleh: Dimas Saputra

“I am a mortal, but am I human?” –Per “Dead” Ohlin

Tentu saya rasa tak ada satu pun penggemar musik black metal yang tak mengetahui sosok Per Ohlin yang memiliki pseudonim Dead. Ia merupakan salah satu anggota grup paling mematikan dalam sejarah musik metal, Mayhem, yang harus meregang nyawa sebelum debut album De Mysteriis Dom Sathanas selesai direkam.

Di sebuah kabin dalam hutan pinggiran Kota Oslo, Norwegia, ia menggorok pinggang dan pergelangan tangan sebelum akhirnya menarik pelatuk pistol berburu yang tepat mengenai wajahnya. Bangsat. Isi otak pun berceceran, menurut rumor yang beredar, Euronymous (rekan satu band-nya) memungut serpihan tengkorak Dead, lalu membagikannya kepada tokoh berpengaruh dalam musik logam hitam ini.

Sialan, saya memulainya terlalu jauh, tak tahu harus mengawali dari mana. Terlalu kompleks. Bahkan saya pribadi pun tak ingat persis bagaimana awal mula berkenalan dan sok jago mengikuti berbagai macam hal tentang musik jenis ini dan segala gimmick-nya yang melekat macam lem aibon di hidung preman pinggiran rel kereta.

Dengan rasa sok tahu yang sangat besar, saya pun sempat mencoba mendalami demonology, walaupun tak ada satu pun literatur yang layak dijadikan pedoman selain beberapa file dalam bentuk .pdf serta forum Okultisme di internet. Ada satu hal yang belum pernah saya lakukan, bahkan sampai detik ini. Selalu berpikir untuk mempraktekkannya. Silahkan, kalian boleh tertawa.

Bukanlah black metal yang menjadi kiblat awal ketika saya mulai menggandrungi musik ekstrem. Biarpun terpisah jarak yang sangat jauh antara tanah Skadinavia dengan tempat yang saya tinggali saat ini, namun ada satu hal yang saya rasa tak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Ya, kultur atau budaya lokalnya.

Tak perlu heran jika hari ini arus globalisasi sudah menjamah hampir setiap penjuru mata angin, tapi tengoklah Animisme masih sangat kental di lingkungan sekitar atau di dalam rumah kita sekalipun, karena memang itulah kepercayaan dan keyakinan domestik yang sebenarnya. Nenek moyang kita meyakini ajaran leluhur, jauh-jauh hari sebelum Agama pokok yang diakui pemerintah masuk ke Nusantara.

Lantas apa bedanya dengan Skadinavia? Tak ada! Tak perlu jauh-jauh, coba lihat salah satu suku pedalaman di Jawa Barat yang lebih memilih mengisolasi diri karena menolak “di-Islam-kan”. Konsekuensinya, mereka pun dicap sesat, dipaksa meyakini ajaran mayoritas di sekolahnya, diberondong pertanyaan yang bersifat menyudutkan perihal keyakinannya. Akhirnya, mengisolasi diri dari dunia luar dan menolak segala bentuk modernitas, teknologi, serta ajaran-ajaran masa kini adalah jalan keluarnya.

Mari bentangkan layar ke Eropa, lebih tepatnya tanah Skadinavia. Penganut Pagan yang menolak Kekristenan. Mereka pun menolak segala bentuk modernitas, karena pengaruh moderen merupakan refleksi dari Kekristenan itu sendiri. Silahkan simak album klasik yang sering disebut sebagai The Unholy Trinity milik Darkthrone; “A Blaze In A Northern Sky”, “Under A Funeral Moon”, dan “Trasylvanian Hunger”. Suara yang dihasilkan lebih layak disebut disonansi. Kualitas lo-fi menambah kesan gelap. Dingin.

varg vikernes

Dalam sebuah dokumenter, Varg Vikernes (yang merupakan satu-satunya motor penggerak Burzum) menjelaskan lebih gamblang, “Ketika saya merekam album, saya berkata pada orang produksi; “Berikanlah mikrofon terburuk yang anda punya.” Kami memasang drum kit, namun tidak melakukan apa-apa. Dalam 10 menit semuanya sudah siap, lalu ia berkata: “Apa anda tidak akan melakukan apa-apa? Anda harus mengaturnya demi sound drum yang akan dihasilkan” Tidak! Karena itu adalah semacam pemberontakan melawan kinerja dan produksi yang baik, kami menyebutnya necro-sound dan mencoba menghasilkan suara yang terburuk yang kami bisa. Akhirnya, kami menggunakan headset (sekaligus mikrofon), itu adalah yang terburuk yang bisa ditemukan, dan sebuah amplifier Marshall ukuran kecil, itu adalah amplifier terburuk yang bisa kami pakai. Suaranya sangat mengerikan.”

Jika bicara tentang kepercayaan, ideologi yang dianut Vikernes cukup mewakili ideologi domestik Norwegia itu sendiri. Kriminalitas yang pernah ia lakukan memang berkaitan dengan sudut pandang politik dan keyakinan Odalism dan National Socialist-nya, hal itu pula melahirkan NSBM  (National Socialist Black Metal) dengan ideologi nasionalisme garis keras sampai mampus dan mendukung penuh supremasi kulit putih. Vikernes kontra dengan kehidupan masyarakat moderen yang ia refleksikan sebagai; kapitalisme, materialisme, Judeo-Christian, polusi, urbanisasi, percampuran ras, sosialisme, globalisasi, dan sebagainya.

Ia pun sempat menggunakan term nazism dengan alasan utama karena mayoritas penganut nazi di Norwegia (dan Jerman) betul-betul menghargai kepercayaan Pagan sebagai kepercayaan asli nenek moyang bangsa mereka yang sudah ada di dalam aliran darah sejak lahir, dan mereka juga menolak Judeo-Christian. Simak grup black metal asal Jerman, Absurd.

Pada Agustus 1993, Vikernes ditangkap atas tuduhan pembunuhan terhadap Euronymous, setahun selajutnya ia duputuskan bersalah atas pembunuhan dan sejumlah pembakaran gereja, dan dijatuhi hukuman 21 tahun penjara. Vikernes merupakan orang pertama yang melakukan aksi pembakaran gereja di Norwegia, ia bebas bersyarat pada tahun 2009.

Alasannya pun sederhana. Gereja yang ia bakar dibangun tepat diatas situs sakral penganut Pagan, ia menganggap jika hal itu merupakan penghinaan dan tidak menghormati budaya lokal Norwegia. Aksi kekerasan dan musik heavy metal memang seperti satu lempeng dumolid dan kopi hitam, tidak bisa dipisahkan begitu saja. Vikernes sempat berkata:

“Jika ingin melahirkan sesuatu yang baru, maka kita harus menghancurkan yang lama terlebih dahulu.”

Sebetulnya media memiliki peran besar. Satanisme dan Paganisme menjadi sulit dibedakan. Melulu identik dengan iblis. Vikernes menyebutkan bahwa Euronymous (sekaligus dirinya sendiri) tidak pernah mengklaim dirinya seorang satanist. Namun, media terlalu mudah menyimpulkan hal kompleks tersebut agar mudah dicerna masyarakat awam.

Sudah jauh-jauh hari muncul paradigma jika musik heavy metal (dengan lirik yang provokatif) dikhawatirkan dapat menjadi ke-salahpahaman dan memberi dampak buruk bagi pendengarnya. Sama seperti kalian, saya pun meyakini bahwa hal itu adalah omong kosong belaka. Namun, dalam sebuah interview, Erik Danielsson yang merupakan pentolan dari Watain sempat menanggapi hal tersebut dan berujar:

“Hal tersebut tidak akan menjadi kesalahpahaman, itu akan mengatasi banyak hal dengan cara yang benar, dan saya sangat menganjurkan tindakan terorisme apa pun yang dilakukan atas nama Watain, sungguh, begitulah cara kerja rock and roll.”

watain

Erik (yang sempat menjadi live member Dissection) mulai membentuk Watain tahun 1998 di Uppsala, Swedia. Nama “Watain” sendiri diambil dari judul lagu milik grup black metal asal Amerika, Von. Sudah hampir 20 tahun ia menggerakkan senapan mesin dengan amunisi kengerian bersama Håkan Jonsson (gitar) dan Pelle Forsberg (drum), serta dilengkapi dengan live members tetap yang mulai begabung pada tahun 2007, Set Teitan (gitar) dan Alvaro Lillo (bass).

Pada tahun 2012, selain kontroversi album “Noregs Vaapen” milik Taake yang memenangkan penghargaan namun dikecam tokoh fundamental akibat di salah satunya mengkritik Islam dengan tajam, Watain merilis DVD bertajuk “Opus Diaboli” yang berisi pertunjukan live mereka di Stockholm, Swedia dan manifesto dari Erik Danielsson perihal grup yang dimilikinya saat ini.

Misathropic Luciferian Order/Temple of The Black Light

Gelombang musik black metal selanjutnya yang berkembang di Swedia memiliki ideologi yang lebih ekstrim. Satanisme dalam praktik yang sebenarnya. Stigma seks bebas dan narkotika yang melekat bukanlah fokus sebenarnya. Kedua hal tersebut bisa terjadi kepada semua individu. Baik Satanis, Atheis, Fundamentalis, bahkan Kontolis dan segala sebutan dengan akhiran -is sekalipun.

Watain berafiliasi dengan sekte Misanthropic Luciferian Order (selanjutnya saya singkat menjadi MLO). Menurut sebuah buku ber-titel “Liber Azerate” yang ditulis Frater Nemidial, seorang petinggi MLO, mereka yakin bahwa evolusi hanya dapat terwujud melalui “Chaos”.

11 Dewa Anti-kosmik (God of Chaos) terdiri dari: MolochBeelzebuthLucifuge RofocaleAstarothAsmodeusBelfegorBaalAdramelechLilithNaamah dan Satan.

Jika bersama-sama, mereka menjelma menjadi Azerate, seekor naga berkepala 11 yang dapat menciptakan lubang pada benteng alam semesta, lalu membiarkan Chaos memenuhinya. Namun, ada satu sosok dengan sebutan Tiamat. Sakral bagi seorang Anti-cosmic Luciferianism.

dissection

Selain Watain, grup black metal yang juga tergabung dengan MLO adalah Dissection dan Arckanum. Dalam mitologi Yunani, Chaos merupakan sosok yang pertama kali muncul di alam semesta, sebelum munculnya bumi, lautan, dan langit beserta isinya. Atau bisa disebut  sebagai personifikasi dari ruang kosong yang tak terbatas sebelum terciptanya alam semesta.

Angka 0 mewakili Chaos. Kosong. Jika angka 10 merupakan lambang kesempurnaan (atau mewakili Cosmos), maka angka 11 pun menjadi angka sakral bagi penganut Anti-kosmik. 11 melambangkan; sesuatu yang melampaui kesempurnaan itu sendiri. Begitu pun dengan 218, jika dijumlah akan didapat angka 11.

Kita kembali ke puisi epik “Anuma Elish” yang ditulis kurang lebih sekitar tahun 1900 SM silam. Tiamat (yang mewakili Chaos) eksis sebelum adanya alam semesta. Bersama Absu, Tiamat tertidur lelap dalam mimpinya yang paling gelap.

Semua baik-baik saja sampai mereka berdua memberi kehidupan kepada sembilan dari sepuluh Dewa Kosmik. Namun, mereka tidak bisa mengendalikan anak-anaknya tersebut,  Absu berencana membunuh mereka semua. Dewa Kosmik yang lain mengetahui rencana tersebut.

Enki yang menjadi pemimpin pemberontakan, berhasil menjebak dan membunuh Absu. Tiamat murka. Ia bersekutu dengan dewa Anti-kosmik lain yang lahir dari kekuatan Chaos, Kingu adalah yang paling kuat. Perang. Di lain waktu, Enki dan istrinya memberi kelahiran kepada Marduk. Sang pencipta.

Ia meproklamirkan diri dengan bermacam cara dalam berbagai budaya. Marduk dalam budaya Sumeria, Ra dalam budaya Mesir Kuno, Yahweh dalam budaya Jewish, Zeus dalam budaya Yunani, dan sebagainya. Setiap generasi berikutnya dari dewa Sumeria dianggap lebih unggul dan berpuncak pada Marduk.

Pada akhirnya, Marduk berhasil menundukkan Tiamat dan Kingu. Ia menciptakan kosmos dengan cara membelah tubuh Tiamat menjadi dua bagian. Dari bagian atas, Marduk menciptakan langit, dan dari bagian bawahnya, ia menciptakan bumi. Semua belum selesai.

Ia membutuhkan “ciptaan” yang sudi menjadi pengikutnya seperti domba untuk memenuhi hasratnya. Haus Kekuasaan. Ia memutuskan menciptakan manusia. Namun, untuk melancarkan rencananya Marduk membutuhkan darah dewa, tidak ada satupun dewa kosmik yang berani mengorbankan darahnya.

Marduk memutuskan untuk membunuh Kingu dan mencampur darahnya dengan tanah liat, dan lahirlah manusia. Ia tidak sadar apa yang dilakukan menyebabkan umat manusia akan membelot dan melawannya di kemudian hari. Blunder Sang Pencipta.

Tentu ada yang pernah mendengar “Teori Cosmos” jika bicara perihal penciptaan alam semesta. Atau belum pernah sama sekali? Perlu disebut murid sialan macam apa kalian itu!? Jika sempat mendengar sebuah statement bahwa: “Tuhan tidak sedang bermain dadu saat menciptakan alam semesta”, maka kalian bisa pahami apa yang sedang dibicarakan. Bangsat. Saya bicara perihal menentang Tuhan dan segala teori penciptaan-nya.

h p lovecraft

Seorang Satanist harus memiliki “The Black Flame of Chaos” atau “Kobaran Api Hitam” (sebuah istilah terjemahan yang tak akan saya gunakan lagi, tentu, terdengar norak) di dalam dirinya. Dalam hal lirik, grup semacam Dissection, Deathspell Omega, Arckanum, Immolation, Watain, Absu (dua album awal) kerap membahas mitologi Sumeria. Atau sering ditemui dalam karya-karya legendaris milik H.P. Lovecraft.

The black flame adalah sebuah istilah bagi orang-orang yang meyakini, bahwa ada irisan Chaos yang membara pada jiwa gelap mahluk yang kuat. Dalam kepercayaan Sumeria hal ini disebut dengan “Darah Kingu”. Menurut kisah “Anuma Elish”, maka tak ada alasan lain untuk melakukan pembenrontakan kepada Sang Pencipta selain karena darah milik Kingu yang mengalir di setiap aliran darah umat manusia.

Dalam pandangan MLO, Kekristenan adalah target utama, sama seperti berbagai agama pro-kosmik lain yang menyembah Sang Pencipta. Konteksnya lebih luas. Setiap individu yang memilih untuk diperbudak oleh kepercayaan tersebut telah melebur bersamaan dengan enegi kosmik, maka “The Black Flame of Chaos” di dalam dirinya telah padam.

Dalam sebuah wawancara di Slayer (zine legendaris yang kerap membahas musik ekstrim), salah satu anggota dengan pseudonim Noxifer menjelaskan, “Agama pro-kosmik berpartisipasi dalam tujuan utama Sang Pencipta, yaitu memusnahkan black flame yang ada di alam semesta.”

Bahkan ada teori yang berbunyi, “seorang penganut satanisme adalah satanis semenjak dirinya dilahirkan”. Ketika menjadi penganut Anti-kosmik, tentu mengetahui jika kita terdiri dari tubuh fisik, jiwa/tubuh astral, dan black flame. Setiap mengalami kematian, tubuh fisik dan tubuh astral akan mati, energi kehidupan yang ada akan kembali ke kosmos dan bersatu dengan sirkulasi kosmik.

Melalui praktik yang disebut dengan vampirism, beberapa penyihir bisa mengatur tubuh astralnya agar tetap hidup dengan cara menghisap energi kehidupan dari mahluk yang masih hidup. Cara ini dapat mencegah energi kehidupan mereka bersatu dengan kekuatan kosmik. Namun, hal ini bukanlah Anti-kosmik Luciferianisme.

Mereka menolak eksistensi black flame dan memiliki pandangan bahwa jiwa/tubuh astral mereka adalah esensi paling utama dalam eksitensi mereka. Oleh karena itu, menjaga jiwa/tubuh astral agar tetap hidup adalah hal yang paling penting untuk menghindari kematian selanjutnya (matinya tubuh astral).

Dalam konsep Anti-kosmik, kita meyakini adanya black flame di dalam diri. Itu berarti kita telah melawan segala tujuan Sang Pencipta untuk mengambil kekuatan tersebut dari diri kita di kehidupan sebelumnya. Melalui cara tersebut, Sang pencipta dapat memutus ikatan manusia dengan kekuatan Chaos. Baik dalam tubuh fisik maupun astral.

fenriz darkthrone

Jika black flame masih ada di dalam diri manusia, dengan bantuan kehendak dari Yang Maha Gelap, maka kita akan bereinkarnasi pada kehidupan setelah kehidupan sebelumnya. Proses ini disebut dengan “Ikatan Roda Kehidupan”. Intinya, jika kita memiliki black flame di kehidupan sebelumnya, maka kita akan memilikinya juga dalam kehidupan saat ini. Cara berfikir seperti itulah yang disebut dengan; “Kita adalah seorang Satanis semenjak dilahirkan”.

Pseudo-satanism?

Jika bicara tentang ritual Satanisme, maka akan banyak hal yang perlu dibahas. Sama seperti setiap agama dengan cara mereka menyembah Sang Pencipta. Ada beragam cara dan metode yang harus dilakukan. Frontman Dissection, Jon Nödtveidt, ditemukan bunuh diri dalam posisi berada ditengah lilin yang disusun melingkar. Didepannya ditemukan “Liber Azerate” dalam posisi terbuka.

Watain yang selalu melibatkan altar, darah hewan, dan simbol-simbol tertentu dalam konsernya, mereka lebih suka menyebut pertunjukan live-nya sebagai ritual ketimbang konser musik. Atau mungkin bahan literasi yang bisa dijadikan referensi adalah “Maskim Hul” karya Michael Ford.

Satanisme dengan segala kompleksitas-nya memang tidak bisa dipukul rata begitu saja. Sama hal-nya dengan LaVeyan dan Temple of Set/Setianisme (dua sekte yang paling banyak dikenal orang awam). Menurut penganut Anti-kosmik, keduanya adalah sekte yang mempraktikkan Satanisme dengan cara yang paling salah dan kerap dianggap sebagai pseudo-satanism.

Ada banyak alasan yang menjadikan Satanisme versi Anton Szandor LaVey adalah sebuah kesalahan. Ajarannya hanyalah cabang dari Atheisme, benar-benar hanya seperti Ayn Rand dan Nietzsche di dalam kostum aneh yang mengerikan. Lalu ditambah sedikit bumbu Okultisme. Musisi yang dikenal sebagai anggota sekte LaVeyan adalah The Antichrist Superstar. Marilyn Manson.

LaVey membuat kesalahan fatal. Ia menggunakan nama Marduk sebagai hal yang berhubungan dengan neraka. Sial. Padahal Marduk adalah Sang Pencipta itu sendiri. LaVey juga menggunakan kata “Shemhamforash” dalam ritualnya, kata itu merupakan sebutan lain untuk Tuhan. Hipokrit. Ia sempat berkata jika kita tidak boleh menyebut nama Tuhan dalam ritual Satanisme.

Setianisme agak sedikit lebih cerdas ketimbang LaVeyan, namun itu tidak berarti tidak memiliki kesalahan. Kesalahan terbesar mereka adalah mencoba menjadikan iblis sebagai sesuatu yang tidak berbahaya agar lebih mudah diterima masyarakat awam, dengan harapan apa yang mereka percaya bisa menjadi agama mayoritas.

Michael Aquino memang memiliki ide yang sedikit lebih brilian daripada LaVey. Namun, Iblis adalah sesuatu yang berbahaya. Satanisme bukan untuk mayoritas awam, ini adalah keyakinan “golongan atas” yang memiliki kehendak, pengetahuan, dan kekuatan untuk meruntuhkan batasan-batasan kehidupan dan kematian, lalu bersatu dengan Dewa Anti-kosmik.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like